
Prosesi pelantikan itu turut disaksikan secara langsung oleh Gubernur DKI Jakarta yang juga Presiden terpilih 2014-2019 Joko Widodo atau Jokowi dan Wakil Gubernurnya Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, yang langsung menjadi gubernur ketika permohonan mundur Jokowi sebagai gubernur disetujui DPRD.
Jumlah kursi DPRD DKI Jakarta untuk periode 2014-2019 sebanyak 106 kursi. Jumlah tersebut naik dari periode sebelumnya yang hanya 96 kursi. PDI Perjuangan berada di posisi pertama dengan perolehan 28 kursi. Posisi kedua ditempati oleh Partai Gerindra dengan 15 kursi.
Kemudian, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 11 kursi, Partai Demokrat 10 kursi, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 10 kursi, Partai Hanura 10 kursi, Partai Golongan Karya (Golkar) sembilan kursi, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) enam kursi, Partai Nasional Demokrat (Nasdem) lima kursi dan Partai Amanat Nasional (PAN) dua kursi.
Abis pelantikan, Jokowi minta supaya para anggota DPRD DKI nyang baru dilantik itu mendukung program Pemprov DKI Jakarta. "Seluruh anggota DPRD yang baru saya kira harus bisa memberikan dukungan kepada program-program Pemprov DKI," katanya.
Menurut dia, sejumlah program pembangunan Pemprov DKI untuk ibu kota sudah tersusun sedemikian rupa dan terlaksana, sehingga hanya tinggal penyelesaian serta pengawasan di lapangan.
Dan anggota DPRD DKI Jakarta nyang baru dilantik itu bilang mereka siap menjalankan kewajiban sebagai pihak legislatif, termasuk mengawasi pelaksanaan program-program Pemprov DKI Jakarta.
Buat ngingetin anggota dewan nyang baru. Boleh-boleh saja mereka bilang siap menjalankan program-program DKI Jakarta. Namun nyang juga penting diperhatikan adalah bahwa mereka kini menjadi wakil rakyat Ibu kota, di mana ada masyarakat Betawi sebagai suku bangsa aslinya tinggal di situ.
Artinya, mereka paling tidak harus ingat bahwa Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta pernah menunjukkan perhatiannya atas keberadaan masyarakat Betawi ini.
Jokowi pernah menjanjikan pengembangan masyarakat Betawi beserta kebudayaannya di Ibu kota negara ini. Sesuatu nyang perlu dihargai mengingat Jokowi sudah menunjukkan bahwa dia menjalankan falsafah hidup orang Betawi yakni “masup kandang kambing ngembik, masup kandang kerbau ngelenguh”.
Komitmen Jokowi
itu dimaknai bahwa dia telah menjawab keresahan yang ada di sebagian tokoh dan
masyarakat Betawi, yang merupakan “tuan rumah” di Kota Metropolitan, atas
minimnya ruang dan lokasi bagi orang Betawi dalam menancapkan eksistensinya di
Ibu Kota, khususnya dalam berkebudayaan.
Keberadaan
masyarakat Betawi beserta kebudayaannya dianggap banyak kalangan sebagai
kekuatan besar yang jika terus dilestarikan dan dikembangkan akan menjadi
sebuah potensi tersendiri bagi Kota Jakarta. Karena itu, Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta telah memantapkan komitmen untuk mendukung hal tersebut.
Komitmen
itu antara lain, Pemprov DKI Jakarta akan mengharuskan penggunaan ornamen
Betawi pada bangunan-bangunan di Jakarta.
Pemprov
juga akan menyelesaikan pembangunan kawasan baru di Kampung Betawi Setu
Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Di kawasan tersebut dibangun beberapa fasilitas tambahan, seperti
ruang pementasan, galeri dan rumat adat Betawi. Kini tengah diatur bagaimana
pengelolaan kawasan tersebut.
Demi
melestarikan kebudayaan asli warga ibukota, pada 2000 Pemda DKI Jakarta
membentuk Perkampungan Budaya Betawi (PBB) di Setu Babakan, Jakarta Selatan.
Pembentukan perkampungan budaya ini ditetapkan lewat Keputusan Gubernur
Provinsi DKI Jakarta No. 92 tahun 2000 Tentang Penataan Lingkungan Perkampungan
Budaya Betawi.
Namun,
meski sudah berumur 12 tahun, perkembangan Setu Babakan masih di luar harapan.
Padahal gubernur telah membentuk Lembaga Pengelola-Perkampungan Budaya Betawi
melalui Peraturan Gubernur DKI Jakarta.
Menurut
Sekretaris Masyarakat Peduli Perkampungan Budaya Betawi (MP-PBB) Nanang
Nuefitrie, kewenangan yang dimiliki oleh lembaga itu begitu terbatas karena
tumpang tindihnya pemangku kepentingan dalam pemerintahan sendiri. Belum lagi
masalah perluasan lahan untuk kegiatan berkesenian, akses jalan dan area parkir
yang tidak memadai, serta kekurangan-kekurangan infrastruktur lainnya.
Selain
itu, komitmen lainnya pelaksanaan pembangunan Masjid Raya Jakarta yang
keseluruhannya bangunannya menggunakan karakter Betawi, serta pembiasaan warga Jakarta untuk
menggunakan baju Betawi sekali dalam seminggu .
Pemda juga
akan menyegerakan pengenalan kebudayaan dan filosofi Betawi sejak usia dini
dengan melaksanakan program muatan lokal untuk sekolah dasar dan sekolah
menengah pertama.
Karena
itu, bagi anggota dewan yang baru, selain mengawasi dan turut serta
melaksanakan program-program Pemprov DKI Jakarta seperti mengatasi banjir,
macet, kesehatan dan pendidikan, maka pembangunan dan pengembangan masyarakat
Betawi juga diharapkan bisa menjadi prioritas. (ab)