Betawi, kini Jakarta, tentunya memberikan banyak cerita. Sebagian dari cerita itu akan ditemukan di blog sederhana ini. Jauh dari sempurna, pasti. Maka komentar dan pendapat anda sebagai pembaca sangat dinanti. Terima kasih dan selamat membaca.

Selasa, 06 November 2018

MAU TAU SOAL KEBETAWIAN? BUKA AJA "BETAWI AKSES"


Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) Beki Mardani berpose usai
 peluncuran  aplikasi Betawi Akses pada Sabtu (3/11).
"Betawi Akses", aplikasi besutan Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) dan Jatis yang diharapkan menjadi jendela informasi, referensi, dan etalase bisnis kebetawian di era milenial, resmi diluncurkan pada Sabtu (3/11) di Citywalk Sudirman, Jakarta Pusat.   

Peluncuran dilakukan di sebuah seminar yang dihadiri lebih dari 1.000 guru dari Jakarta dan sekitarnya, para penggerak pelestarian dan pengembangan budaya Betawi di bidang pendidikan, 
 

"Kehormatan bagi LKB, peluncuran aplikasi 'Betawi Akses' ini dapat dilakukan bersama para guru, karena hanya lewat pendidikan yang baik di kalangan generasi muda, sebuah budaya dapat terus bertahan dan berkembang. Betawi Akses adalah salah satu cara Betawi merespons era milenial," kata Ketua Umum LKB  Beki Mardani.

Peluncuran ditandai pemukulan gong oleh Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Pariwisata dan Budaya, Agus Suradika, sekaligus menandai dibukanya Seminar Pendidikan "Membangun Karakter Bangsa Berbasis Budaya Betawi di Era Milenial" hasil kerja sama Forum Silaturrahmi Pendidik Betawi (FSPB) dan LKB. 
 

Selain Ketua FSPB Samlawi dan Penasehat FSPB Margani H. Mustar, seminar juga dihadiri para pemangku kepentingan bidang pendidikan dari Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta.

Tak ketinggalan, hadir pula tokoh-tokoh Betawi antara lain Eddie Marzuki Nalapraya, Nachrowi Ramli, Effendi Yusuf, Rusdi Saleh, Nuri Thaher, dan sejumah aktivis dan pemerhati budaya Betawi. 
 

Beki menjelaskan, aplikasi "Betawi Akses" sendiri sudah bisa diunduh di gawai berbasis Android. Boleh disebut sebagai aplikasi pertama yang menggabungkan berita dan referensi kebetawian dengan akses bisnis penggunanya. 
 

Kanal-kanalnya antara lain Jendela menampilkan informasi dan referensi Betawi, misalnya soal pakaian, kuliner, tari, musik, permainan, silat, termasuk info dari TV Betawi yang terus dikembangkan kontennya sejalan dengan dinamika masyarakat. 
 

Selain itu juga ada kanal Warung yang bertujuan memberdayakan ekonomi masyarakat, sekaligus memudahkan melakukan transaksi dunia maya. Semisal fitur pembelian pulsa, pembayaran token listrik, pembayaran BPJS, pembayaran TV Kabel, PAM, Telkom, hingga pembelian paket data internet. 
 

Bahkan ada juga kanal Chats yang memungkinkan sesama pengguna "Betawi Akses" melakukan percakapan seperti di platform media sosial lainnya.
 
Dikatakannya, "Betawi Akses" bersama website resmi LKB akan terus dikembangkan sehingga kelak menjadi one-stop-shopping informasi, referensi, dan etalase bisnis yang dapat memuaskan dahaga informasi, sekaligus menggerakkan roda perekonomian orang Betawi khususnya, dan masyarakat Indonesia pada umumnya.(ab)

Jumat, 13 April 2018

SANDIAGA KUKUHKAN PENGURUS LEMBAGA KEBUDAYAAN BETAWI 2018-2021

Simbol keharmonisan antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) kembali terlihat. 

Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengukuhkan Badan Pengurus LKB periode 2018-2021 yang dipimpin oleh H Beki Mardani di Balai Agung, Balai Kota, Pemprov DKI Jakarta, Rabu petang (11/4). Tradisi baik ini tetap terjaga.

Pengukuhan pengurus baru organisasi pelopor perjuangan masyarakat Betawi dalam melestarikan budaya dan membentuk karakter Betawi ini kerap dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta sejak organisasi itu berdiri pada 1977. Ketika itu dan hingga saat ini setiap kepengurusan baru LKB, selain dilantik oleh Badan Pendiri LKB juga dikukuhkan oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta.

LKB lahir jauh sebelum organisasi kebetawian lain berdiri. LKB telah lebih dahulu berdiri dan tidak pernah berhenti mencurahkan aspirasi kaum Betawi utamanya dalam bidang kebudayaan. LKB adalah organisasi masyarakat (ormas) kaum Betawi yang pertama dan satu-satunya yang didirikan khusus untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan, termasuk kesenian Betawi.

Menurut Beki Mardani, sejak awal berdirinya, LKB dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta selalu berada pada posisi yang saling mendukung dan bekerja sama dalam melestarikan dan megembangkan budaya masyarakat Betawi.
Tentang program kepengurusan yang dipimpinnya, Beki menjelaskan kepengurusan baru itu akan melanjutkan program kerja pengurus lama dan juga melakukan terobosan program baru untuk bisa menjawab kebutuhan masyarakat Jakarta, khususnya masyarakat Betawi, saat ini.

Beberapa program kerja yang segera direalisasikan antara lain mendukung Program OK Oce di setiap kecamatan dengan Program One Kecamatan One Enterpreunership Betawi. LKB juga selalu mendukung pelaksanaan Pemilihan Abang None Jakarte.

Selain itu ada beberapa program yang baru menyesuaikan dengan perkembangan teknologi yang sedang berangsung saat ini, antara lain TV dan radio streaming? serta pengembangan laman http://lembagakebudayaanbetawi.com

Beki menyatakan terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan kepadanya. Ia berharap LKB tetap bisa menjadi andalan sebagai referensi kebudayaan Betawi.

LKB didirikan oleh sejumlah tokoh masyarakat Betawi pada 20 Januari 1977 dengan Akte Pendirian yang dibuat oleh Notatris M.S. Tadjoeddin. Para pendirinya adalah H. Abdullah Ali (alm), dr. H. Atje Muljadi, H. Effendi Yusuf, SH, Drs. Ali Mas`oed (alm), H.M. Napis Tadjeri (alm), H. Sa`ali, SH (alm), Drs. H. Rusdi Saleh, H. Hamid Alwi, dan H. Husein Sani (alm).

Adapun generasi penerusnya yang menggantikan pendiri yang telah meninggal dunia antara lain H. Irwan Sjafi`ie, Hj. Emma A. Bisrie, Prof. Dr. Yasmine Z. Shahab, H. Nachrowi Ramli, SE dan Drs. H. Agus Thabrani.

Saat ini Ketua Badan Pendiri LKB adalah H. Effendi Yusuf, SH. Sementara pengurus inti LKB adalah Ketua Umum H. Beki Mardani, Sekretaris Umum Imron Hasbullah dan Bendahara Umum DR Hj Anna Mariana. (ab)

Rabu, 31 Januari 2018

BETAWI KITA TOLAK PENGGANTIAN NAMA JALAN MAMPANG DAN BUNCIT



(FB Yahya A Saputra)
Perkumpulan Betawi Kita menolak penggantian nama Jalan Mampang Prapatan Raya dan Jalan Buncit Raya serta sekitarnya di Jakarta, Selatan, menjadi Jalan Jenderal Besar DR A.H. Nasution.

Penolakan itu dituangkan dalam bentuk petisi yang ditujukan kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Petisi tersebut banyak beredar di media sosial, Rabu.

Betawi Kita beralasan, selama lebih seperempat abad terakhir ini sudah begitu banyak nama-nama kampung dan jalan-jalan yang mengacu kepada memori kolektif masyarakat Betawi yang lenyap.

Pembangunan yang tanpa wawasan sejarah dan bernafsu itu bukan hanya menguasai wilayah secara fisik, tetapi juga ingin menghapus ingatan dan semua memori budaya yang pernah hidup di wilayah masyarakat pendukung kebudayaannya. 


Gilas roda pembangunan bukan saja telah membuat orang Betawi tergusur dari kampung kelahirannya. Bahkan yang paling mengenaskan, memori sejarah mereka yang hidup di dalam nama-nama jalan juga kampung pun dihilangkan.

Mengingat salah satu janji politik Gubernur Anies Baswedan adalah merayakan kebudayaan Betawi dan mengangkat harkat martabat orang Betawi, maka perkumpulan Betawi Kita menilai salah satu langkah yang penting adalah menyelamatkan sejarah orang Betawi yang hidup di dalam nama-nama kampung. Bukan malah menggantinya atau membiarkan diganti.

Toponimi di belahan dunia mana pun selalu berkait dengan asal-usul dan sejarah tempat tersebut. Banyak nama situs, kawasan, monumen, dalam kajian arkeologi yang sebenarnya menyimpan informasi lebih dari sekedar kandungan benda arkeologis yang berada di tempat tersebut. 


Ada alasan dan latar belakang tertentu kenapa suatu nama dijadikan nama kampung atau lokasi tertentu. Maka, nama-nama kampung yang berbau lokal ini sangat penting sebagai bagian dari sejarah penduduk Jakarta.

"Kami sangat menyesalkan kebijakan aparat Pemprov DKI Jakarta, yang seharusnya ikut mendukung kebudayaan Betawi, tapi justru telah menjadi bagian dari upaya mengganti nama jalan yang merupakan identifikasi dari nama kampung seperti yang terlihat saat ini pada Jalan Mampang dan Warung Buncit Raya," kata Betawi Kita.

Petisi itu didukung antara lain oleh JJ Rizal, Sejarawan dan Penerima Anugerah Budaya Gubernur DKI Jakarta 2009, Yahya A. Saputra, Seniman Betawi dan Ketua Asosiasi Tradisi Lisan Jakarta, G.J.Nawi, Penulis buku Betawi, dan H Tatang Hidayat, Ketua Komite Seni Budaya Nusantara DKI Jakarta serta sejumlah aktivis kebetawian dan jurnalis Betawi. (ab)