Betawi, kini Jakarta, tentunya memberikan banyak cerita. Sebagian dari cerita itu akan ditemukan di blog sederhana ini. Jauh dari sempurna, pasti. Maka komentar dan pendapat anda sebagai pembaca sangat dinanti. Terima kasih dan selamat membaca.

Rabu, 04 Mei 2016

TOKOH MUSLIMAH BETAWI BERSUARA “EMAS” WAFAT



Bagi masyarakat Jakarta yang biasa mendengarkan radio dakwah pada awal 1980-an, tentunya mengenal suara "emas” penyiar wanita yang fasih membacakan hadits dan ayat-ayat Al-Qur’an.

Siapa pun pasti mengingat pemilik suara yang lantang dengan intonasi suara yang tegas itu. Penguasaan dan penggunaan Bahasa Indonesianya pun bagus. Ia adalah tokoh muslimah Betawi Prof Dr Hj Tutty Alawiyah AS.

Meski lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga orang Betawi, namun ia sangat jarang menonjolkan logat Betawinya ketika tampil di podium atau di hadapan publik di berbagai daerah.

Ketika tampil sebagai pembawa berita di radio Assyafiiyah Bali Matraman, Jakarta, banyak orang mendengarkannya dengan seksama. Ia bahkan sangat ditunggu-tunggu di gelombang radio transistor yang  pada saat itu banyak dimiliki warga ibu kota.

Pedagang di warung pinggir jalan, pasar tradisional dan tukang becak, akrab dengan suara penyiar wanita bersuara "emas" itu.

Ketika membacakan hadits dan ayat Al-Quran, melalui radio, yang saat itu mudah diperoleh karena harganya terjangkau oleh warga, Tutty banyak mendapat pujian karena ia fasih sekali menyampaikannya.

Kini wanita bersuara "emas" itu telah kembali ke pangkuan Ilahi. Ia meninggal dunia di Jakarta, Rabu (4/5) sekitar pukul 07.15 WIB. Almarhumah sebelumnya menjalani perawatan di Rumah Sakit Metropolitan Medical Center, Kuningan, Jakarta.

"Ibunda kami Hj Tutty Alawiyah AS Rabu pagi ini pukul 07.15 WIB telah dipanggil Allah SWT. Mohon dimaafkan jika ada kesalahan beliau dan mohon doa agar Allah berikan Rahmat dan Jannah-Nya. Aamiiin," kata H Dailami Firdaus, salah seorang anak almarhumah yang kini menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dari daerah pemilihan DKI Jakarta.

Tuty Alawiyah lahir di Jakarta pada 30 Maret 1942. Semasa hidupnya, Tuty pernah menjabat sebagai Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan tahun 1998 hingga 1999 pada Kabinet Kabinet Pembangunan VII dan Kabinet Reformasi Pembangunan.

Putri dari ulama besar Betawi, KH Abdullah Syafi'i itu merupakan lulusan IAIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang Selatan. Tuty juga pernah menjabat sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat pada tahun 1992 hingga 2004 dari Utusan Golongan.

Perbedaan mencolok dengan ayahandanya, KH Abdullah Syafi'i yang juga seorang kiai besar bagi masyarakat Betawi adalah suara Tuty Alawiyah yang lantang.

Sementara KH Abdullah Sjafii lebih menghentak dan menggelegar. KH Abdullah Sjafii dapat membuat banyak orang menangis tatkala mendengarkan pidato dari atas podium.

KH Abdullah Syafi'i dan puterinya Tuty Alawiyah sejatinya, dari sisi hitoris, banyak memperoleh kelebihan yang diwariskan ulama terkemuka Betawi sebelumnya, yaitu KH Al Marzukiyah yang kini dimakamkan di Cipinang Muara, Jakarta Timur.

Almarhum Tuty Alawiyah dalam perjalanan hidupnya gemar belajar seperti halnya KH Abdullah Syafi'i yang tak kenal berhenti menuntut ilmu dari para ulama terkemuka di zamannya. Karenanya, Tuty tergolong wanita intelek di antara sejumlah warga Betawi.

Dalam berbagai literatur, KH Abdullah Syafi'i yang juga disebut Kiai Dulloh, mendapat julukan sebagai "Macan Betawi Kharismatik."

Ia juga dikenal sebagai ulama yang mempunyai pandangan luas yang mengacu pada masa depan. Hal ini juga ada pada diri almarhumah Tutty Alawiyah.

Karena itu, tidak heran kemudian hari, ketika masih sehat, Tutty Alawiyah, dengan gelar guru besar yang diperolehnya diangkat menjadi Rektor Universitas Islam As-Syafi'iyah (UIA) Jakarta.

Ia juga menjabat Ketua Umum Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) serta memimpin Pesantren Khusus Yatim As-Syafi'iyyah.

Almarhumah dimakamkan ba’da Shalat Ashar di Pesantren Anak Yatim Asy Syafi'iyah, di dekat kediaman almarhumah di Jalan Raya Jatiwaringin No.51 Pondok Gede, Kota Bekasi. (Edy SS/ab)