Bagi masyarakat Jakarta yang biasa mendengarkan radio dakwah pada
awal 1980-an, tentunya mengenal suara "emas” penyiar wanita yang fasih
membacakan hadits dan ayat-ayat Al-Qur’an.
Siapa pun pasti mengingat pemilik suara yang lantang dengan intonasi
suara yang tegas itu. Penguasaan dan penggunaan Bahasa Indonesianya pun bagus. Ia
adalah tokoh muslimah Betawi Prof Dr Hj Tutty Alawiyah AS.

Ketika tampil sebagai pembawa berita di radio Assyafiiyah Bali
Matraman, Jakarta, banyak orang mendengarkannya dengan seksama. Ia bahkan
sangat ditunggu-tunggu di gelombang radio transistor yang pada saat itu banyak dimiliki warga ibu kota.
Pedagang di warung pinggir jalan, pasar tradisional dan tukang
becak, akrab dengan suara penyiar wanita bersuara "emas" itu.
Ketika membacakan hadits dan ayat Al-Quran, melalui radio, yang
saat itu mudah diperoleh karena harganya terjangkau oleh warga, Tutty banyak
mendapat pujian karena ia fasih sekali menyampaikannya.
Kini wanita bersuara "emas" itu telah kembali ke
pangkuan Ilahi. Ia meninggal
dunia di Jakarta, Rabu (4/5) sekitar pukul 07.15 WIB. Almarhumah sebelumnya
menjalani perawatan di Rumah Sakit Metropolitan Medical Center, Kuningan,
Jakarta.
"Ibunda kami Hj Tutty Alawiyah AS Rabu pagi ini pukul 07.15
WIB telah dipanggil Allah SWT. Mohon dimaafkan jika ada kesalahan beliau dan
mohon doa agar Allah berikan Rahmat dan Jannah-Nya. Aamiiin," kata H
Dailami Firdaus, salah seorang anak almarhumah yang kini menjadi anggota Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) RI dari daerah pemilihan DKI Jakarta.
Tuty Alawiyah lahir di Jakarta pada 30 Maret 1942. Semasa
hidupnya, Tuty pernah menjabat sebagai Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan
tahun 1998 hingga 1999 pada Kabinet Kabinet Pembangunan VII dan Kabinet
Reformasi Pembangunan.
Putri dari ulama besar Betawi, KH Abdullah Syafi'i itu merupakan
lulusan IAIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang Selatan. Tuty juga pernah
menjabat sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat pada tahun 1992 hingga
2004 dari Utusan Golongan.
Perbedaan mencolok dengan ayahandanya, KH Abdullah Syafi'i yang
juga seorang kiai besar bagi masyarakat Betawi adalah suara Tuty Alawiyah yang
lantang.
Sementara KH Abdullah Sjafii lebih menghentak dan menggelegar.
KH Abdullah Sjafii dapat membuat banyak orang menangis tatkala mendengarkan
pidato dari atas podium.
KH Abdullah Syafi'i dan puterinya Tuty Alawiyah sejatinya, dari
sisi hitoris, banyak memperoleh kelebihan yang diwariskan ulama terkemuka
Betawi sebelumnya, yaitu KH Al Marzukiyah yang kini dimakamkan di Cipinang
Muara, Jakarta Timur.
Almarhum Tuty Alawiyah dalam perjalanan hidupnya gemar belajar
seperti halnya KH Abdullah Syafi'i yang tak kenal berhenti menuntut ilmu dari
para ulama terkemuka di zamannya. Karenanya, Tuty tergolong wanita intelek di
antara sejumlah warga Betawi.
Dalam berbagai literatur, KH Abdullah Syafi'i yang juga disebut
Kiai Dulloh, mendapat julukan sebagai "Macan Betawi Kharismatik."
Ia juga dikenal sebagai ulama yang mempunyai pandangan luas yang
mengacu pada masa depan. Hal ini juga ada pada diri almarhumah Tutty Alawiyah.
Karena itu, tidak heran kemudian hari, ketika masih sehat, Tutty
Alawiyah, dengan gelar guru besar yang diperolehnya diangkat menjadi Rektor
Universitas Islam As-Syafi'iyah (UIA) Jakarta.
Ia juga menjabat Ketua Umum Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) serta
memimpin Pesantren Khusus Yatim As-Syafi'iyyah.
Almarhumah dimakamkan ba’da Shalat Ashar di Pesantren Anak Yatim
Asy Syafi'iyah, di dekat kediaman almarhumah di Jalan Raya Jatiwaringin No.51
Pondok Gede, Kota Bekasi. (Edy SS/ab)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar