Betawi, kini Jakarta, tentunya memberikan banyak cerita. Sebagian dari cerita itu akan ditemukan di blog sederhana ini. Jauh dari sempurna, pasti. Maka komentar dan pendapat anda sebagai pembaca sangat dinanti. Terima kasih dan selamat membaca.

Selasa, 17 Juni 2014

KEMBANG GOYANG BERGOYANG DI SETU BABAKAN


Ada yang bergoyang di kawasan wisata budaya Perkampungan Budaya Betawi (PBB) Setu Babakan, yaitu usaha ekonomi kreatif. Usaha di sekitar perkampungan itu tumbuh mengikuti perkembangan PBB Setu Babakan yang kini makin dikenal masyarakat sebagai kawasan budaya Betawi, suku asli ibukota Jakarta.

Usaha ekonomi kreatif itu meliputi sektor kuliner Betawi seperti dodol, kue kembang goyang, kue akar kelapa dan bir pletok. Juga ada galeri batik Betawi yang selain membuka tempat bagi yang ingin belajar membatik dan mengetahui proses pembuatan batik, juga menjual produksi berupa bahan dan pakaian batik.

Usaha kreatif itu lah yang dikunjungi komunitas masyarakat Betawi yang tergabung dalam Masyarakat Peduli Perkampungan Budaya Betawi (MP-PBB) dan tokoh masyarakat, dalam rangka memperingati HUT ke-3 organisasi tersebut. Kunjungan tersebut dibarengi dengan acara jalan sehat bersama.

MP-PBB yang berdiri pada tanggal 17 Mei 2011 merupakan lembaga swadaya masyarakat (LSM), yang masih berupaya meningkatkan eksistensi dan aktualisasinya dalam kepedulian terhadap PBB Setu Babakan.

Silaturahim dan sosialisasi kepada masyarakat sekitar perkampungan dan masyarakat Jakarta pada umumnya akan terus dilakukan oleh organisasi yang kini memiliki laman internet www.komunitasbetawi.com.

Sejumlah pengusaha, yang kebanyakan ibu rumah tangga, menyatakan kegembiraan mereka karena produk kuliner mereka kini banyak diminati, sehubungan dengan adanya kawasan wisata budaya PBB Setu Babakan yang kini makin terkenal.
Seperti diungkapkan oleh Rosmayanti, produsen tradisional khas Betawi bir pletok dengan merek dagang Ayu Lestari. Ia yang berusaha sejak 1997, sebelumnya khawatir apakah usaha yang dijalaninya akan diminati masyarakat. Maklum, saat itu bir pletok belum terlalu dikenal masyarakat.

Namun kini seiring dengan dikenalnya kawasan PBB Setu Babakan, ia yakin usahanya bakal terus berlanjut. Semua hasil produksinya, biasanya 200 botol per hari, dijual oleh para pedagang di sekitar kawasan.

“Waktu memulai usaha, kami sempat khawatir, ini (bir pletok) bakal laku gak ya? Namun Alhamdulillah sejak ada PBB Setu Babakan usaha ini makin menjanjikan,” kata Rosmayanti.

Demikian juga Mariana, produsen rumahan kue kembang goyang dan akar kelapa. Ia menjadi pemasok kue-kue tersebut ke pedagang yang menjajakan kue tersebut di kawasan perkampungan itu.

Berkat usahanya, ia kini telah memiliki resep khusus agar kue produksinya disukai masyarakat. “Kita sampe menguji resep sembilan kali, sebelum akhirnya jadi seperti yang sekarang ini,” katanya.

Ia memasok kue-kue itu dengan label Mariana, namun tidak mencantumkan nomor telepon sehingga masyakat yang ingin memesan kue itu mudah menghubunginya. 
Rupanya itu disengaja dalam rangka memenuhi permintaan pedagang. “Nanti kalo dikasih nomor telepon, mereka langsung membeli ke ibu dong, terus kami dapat apa,” kata Mariana mengutip alasan dari pedagang tersebut.

Batik Betawi

Bagi pecinta pakaian berbahan batik, di kawasan itu juga terdapat galeri khusus batik Betawi.

Di galeri itu masyarakat bisa mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan batik Betawi seperti proses pembuatan pola batik tulis dengan bermacam motif, pewarnaan dan penjemuran, serta pembuatan cetakan untuk batik cetak. Pengunjung juga bisa mempelajari cara bagaimana membatik itu dengan menggunakan canting.

Di tempat itu juga bisa ditemui bahan-bahan untuk membantik seperti malam dan kayu-kayuan yang berfungsi untuk pewarnaan alami.

Memang galeri itu, khususnya di bidang pembuatan batik, belum berkembang dengan baik karena embutuhkan ketekunan dan ketelitian. Pihak pengelola masih mengupayakan untuk menarik minat masyarakat di sekitar kawasan, khususnya orang muda, agar tertarik membatik.

Namun, paling tidak kini masyarakat tahu di mana tempat untuk mencari batik Betawi, baik batik tulis, cetak, maupun “printing”, serta mengetahui bagaimana proses pembuatan batik yang harganya bisa mencapai Rp250.000 hingga Rp2 juta.

Keberadaan masyarakat Betawi beserta kebudayaannya dianggap sebagai kekuatan besar yang jika terus dilestarikan dan dikembangkan akan menjadi potensi tersendiri bagi Jakarta.

Goyangan kembang goyang dan lainnya itu diharapkan makin menumbuhkan komitmen Pemprov DKI Jakarta melestarikan kebudayaan asli warga ibukota. Meski sudah berumur 14 tahun, perkembangan Setu Babakan masih di luar harapan, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan. (ab)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar