Betawi, kini Jakarta, tentunya memberikan banyak cerita. Sebagian dari cerita itu akan ditemukan di blog sederhana ini. Jauh dari sempurna, pasti. Maka komentar dan pendapat anda sebagai pembaca sangat dinanti. Terima kasih dan selamat membaca.

Minggu, 04 Agustus 2019

PEKAN SASTRA BETAWI: UPAYA GAIRAHKAN SASTRA BETAWI

Sastra Betawi kurang banyak dikenal masyarakat luas. Padahal, karya sastra ini merentang dalam waktu cukup panjang. Tahu enggak, "Si Doel Anak Betawi" itu salah satu karya masterpiece sastra Betawi yang seakan tak lekang oleh zaman. 

Jejak sastra Betawi bisa kita telusuri misalnya  dari tradisi berpantun masyarakat Betawi. Bisa pula direkam dari syair-syair teater tradisional Topeng Jantuk yang kental dengan warna Melayu. 

Sementara seni tulis paling tua ditemukan dalam karya Muhammad Bakir, seorang penyalin dan pengarang yang menyewakan naskah-naskahnya pada abad ke-18. Karya Bakir ini ditulis dalam tulisan Arab  Melayu.
Sastra Betawi tidak hanya ditulis oleh penulis berdarah Betawi, tetapi juga penulis dari etnik lainnya yang memiliki keterkaitan dengan kota Jakarta. Sebut saja Aman Dt Madjoindo, sastrawan berdarah Minang yang melahirkan karya masterpiece “Si Doel Anak Betawi”.  Karya yang ditulis pada 1936 itu saat ini masih sohor. Ia seakan tak lekang ditelan zaman. 

Sastra Betawi saat ini seperti berjalan di tempat. Jika di era 1960-an hingga 2000-an kita mengenal Firman Muntaco dan SM Ardan, sepuluh tahun terakhir ini penggiat sastra Betawi hanya terdengar samar-samar belaka. Itu pun hanya dalam jumlah hitungan jari saja.

Nah! Untuk menggairahkan dunia sastra Betawi, kegiatan Pekan Sastra Betawi akan digelar di Taman Ismail Marzuki pada 5-8 Agustus 2019. 

Gelaran kali ini, menurut panitia penyelenggara, mengusung tema “Lokalitas Metropolitan”. Tema ini dipilih karena  karya sastra Betawi merupakan karya-karya yang melukiskan ciri khas wilayah kebudayaan Betawi, termasuk komunitas kultural yang mendiaminya serta kota tempat bermukim.

Lokalitas merupakan sebuah wilayah yang masyarakatnya secara mandiri dan arbitrer. Lokalitas juga berkaitan erat dengan persoalan kultural dan etnisitas, sebab lokalitas biasanya mencerminkan semangat pendukung kebudayaan tertentu atau masyarakat yang tinggal di wilayah tertentu. 

Karya sastra Betawi dengan sendirinya juga memberi gambaran  etnik Betawi, baik manusia maupun kotanya.

Dalam pelaksanaannya, Unit Pengelola Taman Ismail Marzuki menggandeng Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) , oleh karena itu Pekan Sastra Betawi menjadi bagian dari “Jakarta International Literary Festival” Komite Sastra DKJ. 

Pekan Sastra Betawi juga melibatkan Lembaga Kebudayaan Betawi, Balai Pelestarian Nillai Jawa Barat, Komunitas Baca Betawi dan Betawi Kita.
Pekan Sastra Betawi yang dilaksanakan selama 4 hari ini menampilkan Seminar Stigma Negatif Orang Betawi dalam Film; Lomba Menulis Cerpen Betawi; Pertunjukan Sastra Lisan; Workshop Cerpen, Pantun, Skenario, dan Feature; Betawi Bersastra, Pembacaan Puisi dan Cerpen; serta Bazar Kuliner Betawi. (ab)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar