Empat kuliner Betawi yakni gado-gado, kue
lumpur, asinan dan bir pletok bakal makin meng-internasional. Keempat kuliner
tradisional itu terpilih menjadi alat diplomasi Indonesia dalam pertemuan dan
perjamuan resmi tingkat internasional.
Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah memilih 30 produk kuliner nusantara,
empat di antaranya kuliner Betawi itu.
Namun kerja kementerian itu belum selesai.
Dalam waktu dekat, Kemenparekraf bersama kelompok kerja kuliner yang telah dibentuk
akan menyusun alur cerita dan bahan utama untuk 30 ikon kuliner tersebut dalam
sebuah buku yang terintegrasi. Buku tersebut nantinya akan selalu disertakan
dalam setiap promosi pariwisata termasuk acara perjamuan makan internasional
yang diselenggarakan untuk kepentingan diplomasi
"Sebanyak 30 ikon kuliner ini akan
menjadi bahan diplomasi kita dan ini sudah mulai dilakukan sejak akhir tahun
lalu," kata Direktur Pengembangan Wisata Minat Khusus dan Konvensi
Incentive Event Kemenparekraf Ahyarudin
di Jakarta, beberapa waktu yang lalu.
Kemenparekraf berani bertekad menjadikan 30
kuliner tersebut menjadi alat diplomasi karena telah terbukti sangat efektif
dan mengena event pameran pariwisata
terbesar awal Maret 2013, International Tourismus Bourse atau ITB di Berlin,
Jerman.
Tentang 30 produk kuliner itu, semua dipilih oleh kelompok kerja yang beranggotakan pakar dan praktisi kuliner terbaik di Indonesia di bawah koordinasi Kemenparekraf.
Proses
penentuan 30 ikon kuliner tradisional itu diawali dengan mendaftar kekayaan
budaya kuliner tradisional yang diwariskan secara turun-menurun hingga
mencapai
keberadaannya di masa kini. Tahapan seleksi dengan melalui beberapa kriteria,
yakni bahan baku mudah diperoleh baik di dalam maupun luar negeri, dikenal oleh
masyarakat luas secara nasional (populer), dan ada pelaku secara profesional.
Gado-gado.
Menurut buku Kuliner Khas Betawi, gado-gado
adalah salah satu makanan yang berisi sayur-sayuran yang direbus dan dicampur
jadi satu, dengan bumbu atau saus dari kacang tanah dan di atasnya ditaburkan
bawang goreng. Gado-gado dapat dimakan begitu saja seperti salad dengan saus
kacang, tapi juga dapat disantap dengan ditemani nasi putih atau lontong.
Begitu banyak variasi dari bahan-bahan
pelengkap gado-gado, dan demikian luas pula wilayah pesebarannya, sehingga
menjadikan gado-gado sebagai salah satu ikon kuliner khas Betawi.
Bahan yang digunakan untuk membuat
gado-gado adalah sayuran hijau (kacang panjang, taoge); kentang, labu siam,
atau mentimun; dan telur rebus. Sementara bahan untuk membuat saus kacangnya adalah
kacang goring, terasi, cabai, air jeruk nipis dan gula merah.
Kue lumpur.
Merupakan kue teman minum teh. Di dalam kue
yang dibuat dari tepung ketan ini diisi dengan unti atau parutan kelapa yang
dicampur dengan gula jawa. Orang Betawi suka menjadikannya salah satu jenis kue
yang dibanjur jika melakukan tahlilan.
Asinan
Yang membedakan asinan Betawi dengan asinan
di daerah lain adalah bahan-bahannya yang didominasi oleh sayur mayur yang
dipadu dengan bumbu pedas manis dan diperkaya oleh rasa gurih dai kacang tanah goring.
Bahan yang digunakan adalah taoge, ketimun,
kol besar, daun tikim, tahu kecil, lokio, lobak putih, cabai merah, cuku asem,
daun selada, sawi asin, kacang tanah digoreng, garam secukupnya, udang kering
dihaluskan, dan kerupuk mie atau emping.
Bir pletok

Bahan yang digunakan adalah jahe yang diiris
halus, gula pasir, kayu secang, daun jeruk purut, daun pandan, serai, cengkeh,
lada, pala, kayu manis dan air.
Sebenarnya masih banyak lagi kuliner Betawi
yang sudah dikenal masyarakat, namun tidak termasuk di dalam daftar itu.
Misalnya, nasi uduk; kerak telor, dodol, soto, es selendang mayang; putu
mayang, kue talam, kue cucur, kue apem, dan lainnya.
Namun, sepertinya empat kuliner tradional
Betawi itu sudah dapat mewakili keberadaan suku bangsa yang telah lama mendiami
Ibukota ini. (ab)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar